“Kenaikan surplus neraca perdagangan tidak membantu banyak neraca transaksi berjalan yang defisitnya terus melebar karena pembayaran dividen ke luar negeri. Akan tetapi tren surplus neraca pembayaran terus berlanjut seiring dengan berlanjut aliran modal asing ke pasar saham dan obligasi yang meningkatkan posisi neraca modal, dan selanjutnya  membantu mendorong kenaikan indeks saham dan menguatnya nilai Rupiah.”  – Sumber: Sebuah koran.

Anda mungkin pernah membaca berita di media kira-kira seperti dalam kutipan di atas. Atau sebuah media mengutip ekonomis atau ‘pengamat’ pasar berceloteh seperti itu. Jika Anda perhatikan kutipan di atas, setidak-setidaknya kita menemukan 4 kata “neraca”, yang sepertinya berkaitan dengan sesuatu yang mungkin relevan buat kita, yaitu nilai mata uang dan harga saham-saham.

Ke empat neraca yang disinggung kutipan di atas adalah:

  • Neraca perdagangan
  • Neraca transaksi berjalan
  • Neraca modal
  • Neraca pembayaran

Jangankan memaknai rentetan kalimat di atas, memahami berbagai macam ‘neraca’ saja mungkin membingungkan bagi sebagian Anda. Kalau begitu, mari saya bantu dan kita kupas satu per satu.

Neraca-neraca…

Dari Sekian banyak istilah neraca-neraca di atas, Neraca Pembayaran adalah induk dari segala neraca. Neraca pembayaran ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Balance of Payment (BOP). Pada dasarnya, BOP mencatat semua transaksi antara penduduk atau badan usaha yang ada di satu negara (mis. Indonesia) dengan negara-negara lain di dunia. Ini meliputi semua transaksi, baik transaksi yang berkaitan dengan aktivtitas perdagangan barang, jasa, transfer uang, pembayaran utang, pembelian saham, investasi di sektor industri, dan lain-lain.

Semua transaksi internasional ini tentu dibarengi dengan pembayaran yang biasanya melibatkan mata uang asing/devisa. Jadi, BOP artinya juga mencatat semua pembayaran yang berkaitan dengan aktivitas tersebut di atas, dus Balance of Payment.

Untuk lebih gampang dalam mengadministrasi data, dan memudahkan dalam memahami dan mengambil keputusan atau kebijakan, BOP secara garis besar diklasifikasikan dalam dua komponen

  • Neraca Transaksi Berjalan, atau Current Account (CA)
  • Neraca Transaksi Modal dan Finansial, biasanya cuman dikenal sebagai Capital Account (KA). Singkatan KA dipakai untuk membedakan dengan current account

A. Current Account

Current account mencatat semua transaksi dari aktivitas ekonomi riil yang berjalan dengan negara lain, seperti ekspor impor barang, pembayaran atau penerimaan dari aktivitas jasa dengan negara lain, pembayaran atau penerimaan bunga atau dividen atas hutang dan investasi, dan lain-lain. Biasanya current account diklasifikasikan sbb.:

  1. Neraca Perdagangan (Trade Balance): 
    • Neraca Perdagangan Barang: Ini biasanya adalah komponen terbesar, yaitu aktivitas ekspor dan impor barang dengan negara lain, semua jenis barang baik barang primer/komoditas, barang industri, konsumsi, dan lain-lain.
    • Neraca Perdagangan Jasa: komponen terbesar biasanya berkaitan dengan transportasi baik freight (angkutan barang) atau travel (angkutan orang). Misalnya, jika kita mengirim barang menggunakan jasa freight/shipping perusahaan di luar negeri, artinya kita melakukan “impor jasa”, karena harus membayar perusahaan asing tersebut dalam mata uang asing, mis. dollar AS. Wisatawan yang berkunjung ke Indonesia pada dasarnya merupakan pendapatan “ekspor jasa” bagi Indonesia, karena mereka melakukan pembayaran mereka menggunakan jasa berkaitan dengan aktivitas mereka di Indonesia, dan mereka membayarnya dengan mata uang asing/devisa (tentu mereka menukarnya lebih dahulu di bank atau money changer).
  2. TKW Indonesia di Hong Kong berdemonstrasi pada tahun 2014 atas penyiksaan yang dialami rekan mereka, Erwiana, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

    Neraca Pendapatan (Income Balance): adalah aliran dana keluar masuk Indonesia karena pembayaran atau penerimaan berkaitan dengan kepemilikan atau pekerjaan. Misalnya, ketika perusahaan Indonesia menerima hutang dari negara asing, maka kita harus membayar bunga secara reguler. Jika asing memiliki saham di perusahaan Indonesia, maka dividen harus dibayarkan dan dikirim ke mereka. Sebaliknya, Indonesia akan menerima pembayaran devisa jika memiliki aset di luar negeri. Komponen lain dari Neraca Pendapatan adalah, misalnya, tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang menerima gajinya dan mengirimkan ke Indonesia

  3. Neraca Transfer (Transfer Balance): adalah aliran devisa masuk dan keluar tanpa ada aktivitas ekonomi tertentu, misalnya transfer donasi, bantuan dan lain-lain.

B. Capital Account

Jika current account mencatat aliran dana berkaitan dengan aktivitas transaksi ekonomi berjalan dengan negara lain, capital account mencatat aliran dan berkaitan dengan permodalan (capital) atau investasi.

  • Investasi Langsung (Direct Investment): Yaitu investasi langsung di sektor riil. Misal, ketika perusahaan asing ekspansi ke Indonesia dengan membangun pabrik, memrekrut tenaga kerja, dan lain-lain, artinya mereka melakukan investasi langsung, tentu dengan membawa aliran modal ke Indonesia (capital inflow). Sebaliknya, jika perusahaan Indonesia yang melakukannya di negara lain, akan ada aliran modal keluar (capital outflow).
  • Investasi Portfolio (Portfolio Investment): Aliran investasi tidak langsung ke sektor riil, tetapi melalui pasar modal. Ketika investor asing membeli saham atau obligasi Indonesia, berarti terjadi aliran modal masuk (capital inflow). Sebaliknya, jika investor Indonesia membeli saham atau obligasi di negara lain ada aliran dana keluar (capital outflow).
Source: Bank Indonesia

Istilah atau klasifikasi BOP ini, baik current accunt maupun capital account, mungkin sedikit berbeda di berbagai tempat, tapi esensinya sama. Bank Indonesia, yang mempublikasikan Neraca Pembayaran (BOP) Indonesia secara resmi, menggunakan klasifikasi seperti tabel di samping.

Memaknai BOP dan Semua Neraca Ini

BOP dan komponen-komponennya merupakan informasi yang sangat penting mengenai perekonomian Indonesia dan implikasinya bagi kestabilan makroekonomi kita. Tapi di sini kita bahas singkat saja.

Jika negara kita lebih banyak impor dari ekspor, baik barang dan jasa, dan juga lebih banyak membayar negara/warga asing dalam hal pendapatan daripada yang kita terima dari negara lain, artinya kita mengalami defisit current account. Artinya apa? Artinya devisa/mata uang asing yang kita terima (dari ekspor) lebih sedikit dari devisa yang kuta butuhkan (untuk membayar impor).

Lalu apa yang harus dilakukan? Kita harus “meminjam” devisa dari negara lain, “membujuk” mereka untuk meminjamkan devisa atau menginvestasikan devisa tersebut di negara kita, entah investasi langsung (FDI) atau pun investasi di pasar modal kita, dengan kata lain kita butuh capital inflow.

“Bagaimana caranya supaya negara asing mau membawa capital inflow ke negara kita?”

Artinya, setiap defisit di current account kita harus ditambal dengan surplus di capital account. Bagaimana caranya supaya negara asing mau membawa capital inflow ke negara kita? Caranya kita harus membuat negara kita menarik untuk berinvestasi, bahwa investasi di negara kita memberikan hasil yang baik buat mereka. Prospek pertumbuhan ekonomi yang bagus, stabilitas yang terjaga, kepastian hukum, dan lain-lain. Untuk investasi portfolio, prospek laba perusahaan yang menarik, atau tingkat suku bunga yang tinggi kita tawarkan supaya mereka mau meminjamkan modal pada kita.

Jika mereka tidak tertarik apa yang terjadi? Yang terjadi adalah, pasar “memaksa” kita untuk melakukan adjustment dengan melemahnya nilai Rupiah. Ketika rupiah melemah, maka harga aset di Indonesia di kaca mata asing menjadi murah, dan mereka akan tertarik untuk membawa capital inflow. Juga, pelemahan nilai rupiah akan membuat barang-barang  ekspor Indonesia “murah” bagi asing, dan meningkatkan ekspor kita dan memperbaiki current account.

“Apakah defisit current account itu selalu jelek dan akan menjurus pada pelemahan Rupiah?”

Apakah defisit current account itu selalu jelek dan akan menjurus pada pelemahan Rupiah? Tidak mesti. Bisa jadi, current account yang defisit karena prospek ekonomi yang bagus di masa yang akan datang, yang membuat banyak investor datang membawa modal ke Indonesia (surplus capital account). Dan, aktivitas ekonomi yang digerakkan penanaman modal ini membutuhkan banyak impor (defisit current account). Kesimpulannya, defisit current account tidak menjadi masalah, jika defisit ini terjadi untuk sesuatu yang produktif di masa yang akan datang, untuk perekonomian dan untuk current account itu sendiri. Tetapi jika terjadi gejolak suplai dan aliran dana global, negara dengan defisit current account akan lebih vulnerable.

Current Account Indonesia dalam 10 tahun terakhir

BACA JUGA

Bakar-Bakar Uang ala Perusahaan Teknologi

— Menguras Natural Capital: Ekonomi Siapa yang Diperjuangkan?

— Mengenal Hedge Fund, Private Equity, dan Venture Capital

— Melintasi Embun

— Cash is King, but Too Much Cash will Kill You

— Louis Vuitton dan Hermes Hanya Jual Merek?

Salam, Riki Frindos – www.FrindosOnFinance.com


 

 

 

LEAVE A REPLY