Negeri ini adalah gurun yang kering dengan suhu hingga 50 celcius terik membakar. Namun, UAE (United Arab Emirates), terutama kota terbesarnya Dubai, telah menjadi sensasi dunia dalam beberapa dekade terakhir. Dubai identik dengan keajaiban dan kemewahan. Gedung tertinggi di dunia, hotel termewah di dunia, pusat perbelanjaan terbesar di dunia, pulau buatan — atau lebih tepatnya kepulauan buatan — yang spektakuler dan megah. Bahkan di negeri yang panas dan kerontang ini terdapat resor ski yang beroperasi sepanjang tahun dengan taburan salju abadi.

Spektakuler dan magic, mungkin itu adalah kata-kata yang tepat menggambarkan perkembangan pembangunan yang luar biasa pesatnya UAE dalam dua tiga dekade terakhir. Ribuan kata-kata atau angka statistik tentang perkembangan ini mungkin dapat secara ringkas digambarkan oleh foto berikut. Yaitu, lanskap kota Dubai pada tahun 1990 dan sekarang.

Pusat kota Dubai yang bergelimang gedung modern saat ini, sekitar dua puluh lima tahun yang lalu hanyalah sebuah hamparan tanah gersang dengan hanya beberapa gedung berdiri ditengah kesunyian gurun. Ibarat diberi mantra-mantra sulap, sim salabim! Dalam sekejap mata Dubai berubah menjadi salah satu kota paling modern di dunia dengan berbagai ke-wah-an yang mengangakan mulut setiap orang.

Dubai merupakan pusat komersial dan bisnis UAE. Namun Abu Dhabi, ibu kota UAE, juga tidak kalah luar biasanya bertransformasi dalam dua tiga dekade terakhir. Demikian juga bagian-bagian lain di berbagai kawasan di dalam negara UAE.

Panorama kota Abu Dhabi. Source: Europcar.

Kota Jakarta, dan Indonesia secara keseluruhan, dalam dua tiga dekade terakhir juga mengalami perkembangan yang pesat, namun secara kasat mata tidaklah se-spektakuler Dubai atau Abu Dhabi.

Dari Perspektif Statistik Ekonomi

Sekarang, mari kita lihat sedikit dari perspektif ekonomi. Jika diukur dari kaca mata GDP per kapita (PPP-USD), Kemakmuran rakyat Indonesia telah meningkat hampir 4 kali lipat sejak tahun 1990 hingga sekarang. Di sini saya menggunakan indikator GDP per kapita setelah disesuaikan dengan perbedaan harga (atau biaya hidup) dengan negara lain, atau GDP per kapita PPP. Pada tahun 1990 angkanya hanya sekitar US$3,000, pada tahun 2016 lalu telah melejit menjadi US$11,600 (sumber: World Bank).

Lalu bagaimana dengan UAE, termasuk Dubai dan Abu Dhabi, dalam periode tersebut? Berapa kali lipat kenaikan GDP per kapita penduduk UAE? Sama dengan Indonesia sebesar 4 kali lipat? Jika mencoba menaksir dari apa yang kita lihat secara kasat mata, kita mungkin memperkirakan bahwa kenaikan pendapatan, produksi, atau GDP per kapita penduduk Dubai akan naik jauh lebih besar dari Indonesia.

Sayang sekali anggapan kita ini keliru. Pendapatan pe kapita penduduk UAE (dalam  USD-PPP) hampir tidak berubah sama sekali.  Anda ragu-ragu untuk percaya? Berikut saya lampirkan grafik GDP per capita  Indonesia dalam US$ PPP (grafik merah) dan UAE (grafik biru).

GDP per capita (PPP) Indonesia 1990-2016. Source: Worldbank
GDP per capita USD-PPP, UAE 1990-2016. Source: World Bank.

Seperti terlihat pada grafik pertama, GDP per kapita Indonesia terus meningkat secara konsisten setiap tahunnya dalam seperempat abad terakhir, kecuali pada tahun 1998 ketika kita mengalami krisis ekonomi yang besar.

Sementara, pada grafik kedua, yang menggambarkan perubahan GDP per kapita (PPP) di UAE sejak tahun 1990, praktis tidak ada perubahan yaitu US$71.800 pada tahun 1990 dan US$72.400 pada tahun 2016 yang lalu.

“Ada apa? Kenapa seperti terjadi diskoneksi antara yang kita lihat kasat mata dengan indikator ekonomi? Yang mana yang salah dan mana yang benar?”

Jawabannya, kedua-duanya benar. Yang pertama, mata kita tidak salah, bahwa pembangunan di UAE luar biasa pesatnya. Indikator ekonomi juga benar, bahwa secara rata-rata pendapatan atau produksi (PPP-US$) penduduk UAE per kapitanya, per jumlah penduduk, tidak berubah.

Transformasi dan pembangunan yang terjadi di UAE, konstruksi gedung-gedung, fasilitas wisata, pusat perbelanjaan, pelabuhan udara, dan lain-lain telah menggerakkan ekonomi UAE. Tingkat aktivitas dan produksi dalam ekonomi meningkat tajam 700 persen dalam 25 tahun terakhir, seperti tercermin naiknya total GDP UAE dari US$50 miliar pada tahun 1990 menjadi sekitar US$350 miliar pada hari ini.

Namun, peningkatan aktivitas ekonomi tersebut terjadi dengan dukungan tenaga kerja yang bertambah besar. UAE mengimpor jutaan tenaga kerja dari negara lain untuk mendorong pembangunan negerinya. Penduduk UAE yang pada tahun 1990 belum mencapai 2 juta orang, sekarang sudah mendekati angka 10 juta. Artinya, penduduk UAE melonjak lima kali lipat dalam periode tersebut!


Menurut data terakhir warga negara UAE hanya sekitar 11% dari total penduduk yang sekitar 9.2 juta jiwa. Sisanya adalah warga negara asing yang mengadu nasib di UAE. Mungkin susah dicerna dan diterima oleh bangsa kita yang sering penuh kekhawatiran melihat orang asing datang ke negeri kita.

Sebagian besar imigran yang datang ke Dubai berasal dari Asia Selatan seperti India, Bangladesh, dan Pakistan. Juga, dari Asia tenggara, terutama Filipina. Mayoritas dari imigran ini merupakan pekerja berpendapatan rendah yang bekerja di berbagai sektor konstruksi di UAE, dan sektor-sektor jasa yang tidak memberikan nilai tambah terlalu tinggi, seperti perdagangan retail.

Mereka para imigran ini membanting tulang berkontribusi dalam membangun negeri UAE menjadi sebuah negeri yang fantastis. Namun, pendapatan mereka relatif rendah, dan juga produktivitas mereka.

Dalam kata lain, Dubai memang berubah secara spektakuler menjadi kota yang lebih maju dan indah, dan total GDP yang meningkat, namun secara rata-rata GDP per kapita tidak banyak berubah. Karena peningkatan GDP tersebut harus dibagi dengan jutaan imigran yang sekarang menjadi warga UAE. Tadinya, kue GDP ini hanya dibagi dengan 2 juta penduduk, sekarang dibagi dengan 10 juta penduduk. Peningkatan produktivitas secara rata-rata sangat terbatas. Ada kenaikan GDP per kapita secara nominal USD, namun karena harga barang-barang di UAE juga naik relatif terhadap negara-negara lain, secara relatif (PPP) kenaikan GDP per kapita hampir tidak ada dalam 25 tahun terakhir.

Kalau boleh saya simpulkan:

  • Total GDP UAE melejit 7 kali lipat sejak tahun 1990 seperti tercermin dengan berubahnya negeri ini secara kasat mata

  • GDP per kapita dalam USD kenaikannya sangat terbatas, hanya sekitar 1% per tahun, karena jumlah penduduk juga berlipat ganda

  • GDP per kapita efektif (PPP) hampir tidak berubah sama sekali, karena harga barang-barang juga naik relatif terhadap negara lain

Lalu, apakah pembangunan dan transformasi yang terjadi di UAE selama ini sia-sia? Tentu tidak. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, UAE telah menjadi negara yang semakin maju, tidak hanya insfrastruktur fisik, tetapi juga berbagai fasilitas, pelayanan, teknologi, dan lain sebagainya. Dan, meskipun GDP per kapita (PPP) tidak berubah, karena banyaknya pekerja asing yang berpendapatan rendah, warga negara UAE sendiri diperkirakan menikmati peningkatan kemakmurannya cukup besar.

Source: Thecoverage.my

Yang terjadi kira-kira adalah, warga negara UAE (Emirati) mengundang jutaan orang asing untuk membangun negara mereka dan meningkatkan produktivitas bagi mereka, namun dengan kompensasi yang terbatas. Sehingga, manfaat pertumbuhan secara proporsional dirasakan jauh lebih besar bagi warga negara UAE.

Model pertumbuhan seperti UAE ini sebetulnya, sebuah model yang juga diadopsi beberapa negara teluk lainnya, seperti Qatar dan Bahrain, dengan mengundang tenaga kerja asing secara besar-besaran untuk membangun negara mereka, termasuk cukup banyak tenaga kerja dengan skills terbatas dan tentu juga “murah”. Bahkan pertumbuhan penduduk Qatar lebih agresif dari UAE, terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Jadi, Dubai, Abu Dhabi, dan UAE secara keseluruhan, memang negeri ajaib yang bertransformasi secara sangat cepat dalam dua tiga dekade terakhir. Namun, dibalik pertumbuhan dan pembangunan luar biasa ini, produktivitas sebagian besar penghuninya secara statistik tidak meningkat, dikarenakan kehadiran para pekerja migran yang dibayar relatif rendah.

Atau fenomena ini dapat dibaca dari perspektif yang berbeda: meskipun secara statistik rata-rata kemakmuran ekonomi per penduduk negeri UAE tidak banyak berubah dalam beberapa puluh tahun terakhir, perekonomian UAE secara keseluruhan telah mengalami lompatan, dengan memanfaatkan pekerja migran berbiaya rendah menjadi penduduk dan sekaligus pekerja. Para pekerja tersebut, walau berpendapatan relatif rendah, memperoleh penghasilan yang lebih baik daripada di negara mereka…sounds like win-win solutions?

 

Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com


Cover photo: credit to guff.com

LEAVE A REPLY