Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan pada hari ini (10 November 2019), Presiden Jokowi memberikan gelar Pahlawan Nasional pada 6 orang tokoh bangsa, termasuk Ruhana Kudus, seorang perempuan Minangkabau. Hal ini mengingatkan saya pada tahun pertama kuliah saya di ITB lebih seperempat abad yang lalu. Bulan April kala itu, tepat pada tanggal dua puluh satu.

Beberapa kelompok mahasiswa memperingati Hari Kartini dengan caranya masing-masing. Sekelompok mahasiswa membagi-bagikan selebaran tentang RA Kartini. Tulisan cukup menggugah, atau mungkin lebih tepat provokatif. Intinya, mereka mempertanyakan kenapa RA Kartini dijadikan ikon emansipasi wanita dan seorang Pahlawan Nasional.

RA Kartini, menurut selebaran itu, tidak memberikan karya nyata yang signifikan bagi wanita Indonesia. Ia kebetulan saja terlahir dari komunitas bangsawan, yang memiliki kesempatan untuk bergaul, dan menulis surat, dengan kaum elitis Belanda waktu itu. Kemudian, dalam selebaran itu, mereka membandingkan dengan Ruhana Kudus yang pada saat hampir bersamaan berjuang dan memimpin dengan segala upaya memajukan kaum perempuan.

Image result for RA KartiniSaya cukup terpana oleh selebaran itu, membuka perspektif baru yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Kenapa kita menjadikan RA Kartini Pahlawan Nasional dan ikon emansipasi wanita, padahal karya kongkritnya minim bagi perempuan. Sementara beberapa tokoh wanita hebat lainnya, pemimpin-pemimpin wanita hebat, tenggelam begitu saja.

Apakah benar demikian?

****

Sahabat pembaca, kalau Anda google artikel atau buku tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang sukses, pemimpin yang efektif, pemimpin yang dicintai…maka anda akan menemukan ratusan atau mungkin ribuan buku dan artikel mengenai itu.

Apa karakter yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin kata mereka? Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan berkomunikasi yang luar biasa. Seorang pemimpin diharapkan cerdas secara intelektual. Seorang pemimpin harus senantiasa positif dan optimis. Seorang pemimpin harus memiliki integritas yang tinggi. Seorang pemimpin harus memiliki empati yang baik. Seorang Pemimpin  diharuskan memiliki kemampuan problem solving. Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan interpersonal yang hebat. Seorang pemimpin harus mampu membangun visi yang jelas. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memotivasi…Jika saya teruskan tulisan ini jangan-jangan menjadi sebuah buku!

Masing-masing akademisi, penulis, konsultan, bersikeras bahwa kriteria, traits, metode, pendekatan mereka adalah yang paling pas dan efektif. Studi baru, buku baru tentang kepemimpinan mungkin muncul tiap hari. Lalu, bagaimana harus memutuskan yang mana untuk dijadikan referensi? Bagi kebanyakan kita, menurut pendapat saya, cukup memilih satu atau dua dari sekian banyak tersedia, cukup memilih pendekatan atau prinsip yang paling mengena atau ‘click‘ dengan kita. Karena, pada dasarnya, semuanya berbicara tentang hal yang serupa, hanya dengan kerangka, pendekatan, cerita, dan mungkin bukti/studi yang berbeda.

kita squeeze atau peras menjadi satu hal : inspiring

Jika Anda bertanya pada saya, dari sekian banyak tuntutan atau persyaratan menjadi seorang pemimpin, dan jika kita squeeze atau peras menjadi satu hal yang paling penting, menurut saya adalah: inspiring. Seorang pemimpin harus inspiring, harus mampu menginspirasi. Jika sebagai pemimpin mampu menginspirasi pengikut Anda untuk melakukan apa yang Anda inginkan, maka sepertinya tugas Anda sudah hampir selesai. Tentu, seorang seorang pemimpin harus cukup cerdas secara inteligent, harus memiliki integritas, mampu berkomunikasi dengan baik, dan lain-lain. Tapi, to be an exceptional leader, you have to be an inspiring personality.

Apa yang dimaksud dengan menginspirasi? Saya tidak ingin bermain-main dengan definisi kata-kata, karena saya bukan ahli linguistik. Tapi, tapi saya ingin menginterpretasikan kata inspirasi ini lebih jauh.

Mempengaruhi, Memotivasi, dan Menginspirasi

Di bangku sekolah atau kuliah mungkin kita pernah mendengar definisi seorang pemimpin sebagai berikut: “A leader is a person who influences a group of people towards the achievement of a goal”. Jadi, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi orang lain. Seorang pemimpin dapat mempengaruhi pengikutnya dengan berbagai cara, termasuk dengan instruksi sesuai otoritas yang dimiliki, dengan iming-iming kompensasi finansial, bisa juga dengan intimidasi, dan lain-lain.

Seseorang mengatakan,  pemimpin yang baik bukan sekedar mempengaruhi pengikutnya akan tetapi memotivasi pengikutnya. Memotivasi dalam arti mendorong pengikut dengan memberikan alasan atau meng”create” motif supaya pengikutnya mau bergerak menuju arah yang diinginkan pemimpinnya. Memotivasi biasanya juga dikonotasikan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Jadi, pemimpin yang baik tidak hanya sekedar mampu mempengaruhi anggotanya, tetapi mempengaruhinya dengan memotivasi, menumbuhkan semangat untuk melakukan apa yang dikehendaki pemimpinnya.

Namun, dalam kacamata saya, pemimpin yang benar-benar baik tidak hanya mampu sekedar memotivasi pengikutnya. Pemimpin yang benar-benar baik adalah pemimpin yang mampu menginspirasi, pemimpin yang menjadikan anggotanya terinspirasi dan mengikuti apa yang diinginkan oleh pemimpin tersebut.

from influence, to motivate, and ultimately to inspire

Menginspirasi dan memotivasi berbeda dalam beberapa hal. Yang pertama, memotivasi cenderung “mendorong“/pushing, mendorong anggotanya dengan memberikan alasan atau motif. Sementara, pemimpin yang menginspirasi, tidak mesti mendorong, namun pengikutnya yang secara alami “terpanggil” untuk melakukan apa yang dikehendaki pemimpinnya. Dengan terinspirasi seseorang merasa ada sesuatu yang “terpercik” di dalam dirinya dan “tergugah” untuk melakukan sesuatu. Jadi, termotivasi muncul dari luar, sementara terinspirasi muncul dari dalam.

Coba bayangkan seorang musisi yang terinspirasi menulis lagu, dan akan menghabiskan waktu sepanjang malam hingga pagi untuk menyelesaikannya. Terinspirasi tidak hanya membuat Anda bersemangat, tetapi juga bergairah (passion).

Yang kedua, mempengaruhi seseorang dengan memotivasi bersifat lebih spesifik. Misal, dengan reward,  penghargaan, bisa juga dengan tujuan-tujuan bisnis atau personal seseorang yang ingin dipengaruhi tersebut. Ketika motif untuk melakukan sesuatu tersebut hilang, reward tak lagi ada, tujuan bisnis tertentu telah tercapai, seseorang dapat saja kehilangan motivasi. Sementara itu,  ‘terpercik’, terpanggil, atau terinspirasinya  seseorang oleh seorang pemimpin  berdasarkan faktor-faktor yang sifatnya lebih mendalam. Misalnya, tergugah oleh misi yang akan dicapai dalam tugas, karena merasa memiliki kesamaan dalam nilai-nilai. Jadi motivasi lebih spesifik dan bisa hilang dalam jangka pendek. Sementara, inspirasi lebih dalam dan menyangkut ‘misi’, filosofi, nilai-nilai, dan akan bertahan dalam jangka lebih panjang.

Inspiring Leaders

Pemimpin yang mampu memotivasi orang lain biasanya dikonotasikan pemimpin dengan penuh energi berapi-api, pemimpin yang menginspirasi tidak mesti memiliki trait tersebut. Betul, jutaan rakyat Amerika bahkan di luar AS yang merasa terinspirasi dengan pidato-pidato Barack Obama. Tapi, ketika ia tidak berpidato berapi-api, orang-orang juga merasa terinspirasi. Gandhi, pemimpin besar dari India, bahkan tidak banyak berbicara, namun mampu menginspirasi ratusan juta rakyat India. Nelson Mandela justru makin mampu menginspirasi banyak orang ketika dia dibekam dalam penjara.

Bung Karno menginspirasi rakyat Indonesia dengan pidato-pidatonya yang membakar semangat. Bung Hatta tidak dikenal dengan hal seperti itu, namun beliau tak kalah dalam hal menginspirasi rakyat Indonesia. Pak Jokowi, misalnya, juga bukanlah pemimpin yang cemerlang dalam urusan komunikasi dan pidato publik. Tapi kerja kerasnya dan kesederhanaan telah menginspirasi puluhan juta rakyat Indonesia dan membuatnya terpilh menjadi seorang Presiden. Sebaliknya, Pak Prabowo memiliki kemampuan orasi yang hebat untuk menginspirasi rakyat Indonesia pendukungnya.

Hal yang sama akan kita temui sehari-hari, termasuk dalam organisasi perusahaan tempat kita bekerja. Kalau saya coba kilas balik, saya setidaknya menemukan dua atasan yang cukup mampu menginsipirasi saya. Tapi mereka memiliki kepribadian yang berbeda. Yang pertama, cenderung lebih extrovert, percaya diri, memiliki kemampuan komunikasi yang di atas rata-rata. Ia tidak hanya mampu memberikan arah dan menciptakan mimpi, tapi juga mampu memaknai mimpi tersebut, dan mengkomunikasikannya sedemikian rupa membuat kita tergugah dan terpanggil untuk ikut serta dalam mimpi tersebut. Tidak bermaksud men-stereotype-kan seseorang, tapi untuk membantu Anda membayangkan dia, yang bersangkutan typical American, dalam konteks positif.

Image result for bung hattaMantan atasan saya yang lain, yang berasal dari ujung benua Afrika, juga membuat saya terpanggil dan tergugah untuk bergabung dalam ‘barisan’ dan ‘misi’nya. Ia tergolong memiliki kepribadian yang cukup kalem, kemampuan atau bakat komunikasinya biasa-biasa saja. Tapi saya tergugah dan terpanggil  karena ketulusan, keapaadaannya (sincerity dan genuineness), dan kepeduliannya. Tentu, ia juga seorang yang cerdas, baik dalam konteks bisnis mau pun people management. Jejak rekamnya jelas dan teruji. Dan, yang paling penting visi dan misinya jelas, mimpinya jelas, masuk akal, dan menggugah. He is simply inspiring.

Jadi, untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, kita tidak hanya mempengaruhi sekedar mempengaruhi, lebih baik dengan memotivasi, akan tetapi the ultimate leader menggerakkan pengikutnya dengan cara menginspirasi.

***

Kembali pada selebaran RA Kartini vs Ruhana Kudus yang saya baca lebih seperempat abad yang lalu. Selebaran yang ditulis para aktivis tersebut ada benarnya, Ruhana Kudus adalah pemimpin wanita yang luar biasa hebat mendedikasikan dirinya dalam mengangkat derajat kaum wanita pada jaman itu. Ruhana Kudus tidak hanya berjiwa pendidik, beliau juga berjiwa sosial dan bisnis. Beliau seorang jurnalis perintis. Beliau seorang pejuang. Tak salah akhirnya Presiden Jokowi menganugerahi beliau sebagai Pahlawan Nasional.

Namun, mengacu kepada selebaran lebih seperempat abad yang lalu itu, apakah artinya RA Kartini belum pantas menjadi ikon emansipasi dan Pahlawan Nasional? Karena karya kongkritnya hampir tidak ada, kecuali surat-surat yang ia kirim kepada sahabat-sahabat Belandanya? Kali ini saya berbeda pendapat dengan penulis selebaran tersebut. Kartini membawa inspirasi yang luar biasa besarnya bagi jutaan wanita dan segenap rakyat Indonesia, bahkan menggugah dan menginspirasi tokoh-tokoh di negeri Belanda pada jamannya.

Berkas:Rohana Kudus.jpgBuah fikiran, gejolak hatinya, yang tertuang dalam surat-surat tersebut telah memercikkan semangat bagi jutaan orang dalam mengangkat harkat dan derajat wanita Indonesia. Inspirasi dan semangat tersebut terus tumbuh hingga hari ini, dan saya percaya terus menyala bagi generasi-generasi mendatang Indonesia. Sayang beliau tidak berumur panjang, meninggal dalam usia sangat muda, sehingga kita tidak dapat melihat karya-karyanya lebih lanjut. RA Kartini adalah tokoh wanita, pemimpin hebat Indonesia, sama halnya dengan Ruhana Kudus, Rangkayo Rasuna Said, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien…

Selamat Hari Pahlawan, terima kasih dan sembah sujud untukmu, Ibunda-ibunda Pahlawan Indonesia.

 

Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com


LEAVE A REPLY