Jika Anda berkecimpung di bidang keuangan, atau Anda memegang tanggung jawab yang mengharuskan Anda untuk memahami laporan keuangan, tulisan ini mungkin tidak Anda perlukan. Tapi, tentu, saya akan senang jika Anda meneruskan membacanya.

Buat pembaca yang lain, yang awam terhadap laporan keuangan, mari kita bicarakan bersama-sama hal-hal dasar mengenai laporan keuangan perusahaan. Saya tidak akan membicarakan secara detal isi atau pos-pos dalam laporan keuangan, apalagi membahas prinsip akuntasinya, dan saya bukan seorang akuntan! Fokus saya hanya untuk membicarakan, apa sih esensi dari laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai  kinerja dan kondisi keuangan perusahaan dalam dan pada akhir periode tertentu. Kira-kira begitu. Laporan keuangan biasanya terdiri dari beberapa laporan. Secara umum, ada 2 laporan yang paling utama:

  • Neraca (Balance Sheet)
  • Laporan Rugi Laba (Income Statement)

Ada beberapa laporan lainnya, seperti Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Modal/Ekuitas. Bagi perusahaan di sektor tertentu, misalnya perbankan, ada tambahan jenis laporan lagi, seperti laporan kualitas kredit, laporan komitmen dan kontinjensi, dan sebagainya. Di sini kita hanya akan fokus pada 2 laporan utama, yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba.

Neraca (Balance Sheet)

Neraca menggambarkan kondisi  terakhir harta dan keuangan perusahaan, yaitu pada akhir periode laporan keuangan tersebut. Neraca yang standar “dibelah” menjadi 2 bagian, kiri dan kanan. Di sebelah kiri adalah harta, sebelah kanan adalah pendanaan, bagaimana harta di sebelah kiri didanai, apakah dengan menggunakan modal sendiri (equity) atau pun dengan meminjam pada pihak lain (hutang).

Apa itu harta atau aset perusahaan? Apa saja yang dimilki perusahaan. Bisa uang tunai, uang di rekening bank, atau deposito. Bisa juga persediaan barang perusahaan (produk yang belum dijual), atau bahan baku. Bisa juga peralatan kantor seperti komputer, atau peralatan produksi seperti mesin-mesin. Bisa juga kendaraan, tanah, gedung dan lain-lain. Semua aset perusahaan ini akan diringkaskan dalam kategori-kategori yang standar berdasarkan prinsip dan standar akuntasi yang berlaku.

Secara garis besar aset perusahaan dikategorikan menjadi 2: aset lancar dan aset tidak lancar atau aset tetap. Aset ‘lancar’ adalah aset yang likuid bisa digunakan “segera” menjadi alat pembayaran, misalnya uang tunai atau uang di bank tentu saja. Termasuk juga deposito, instrumen keuangan yang bisa dijual segera. Bisa juga persediaan barang-barang jualan perusahaan (inventory), bila dianggap barang persediaan tersebut bisa dijual segera menjadi alat pembayaran/uang. Definisi “segera” di sini relatif, tetapi biasanya segala sesuatu yang bisa dicairkan menjadi uang dalam waktu setahun.

Sementara aset tidak lancar atau aset tetap adalah aset yang tidak bisa dicairkan dalam waktu segera. Misalnya gedung atau tanah, dan lain-lain.

Neraca Perusahaan Anda

Bayangkan, Anda baru memulai sebuah perusahaan dengan modal uang sendiri Rp 100 juta. Uang tersebut anda simpan di rekening bank. Maka Neraca keuangan perusahaan Anda, adalah:

  • Sisi Kiri: Aset, Uang di Bank, Rp100 juta –> harta yang dimiliki perusahaan
  • Sisi Kanan: Modal sendiri, Rp 100 juta –> sumber dana untuk mendanai harta perusahaan di atas

Anggap, perusahaan ingin memulai usaha dengan membeli kendaraan dan komputer masing-masing senilai Rp100 juta dan Rp50 juta. Untuk membantu mendanai itu, Anda meminjam duit ke bank sebesar Rp100 juta, jadi uang di bank masih tersisa Rp50juta. Neraca perusahaan Anda sekarang menjadi:

  • Sisi kiri, Aset: Uang di Bank Rp50 juta, Mobil Rp100 juta, Komputer Rp 50 juta…Total harta perusahaan Rp200 Juta
  • Sisi kanan: Modal sendiri Rp100 juta, Hutang Bank Rp100 juta…Total Modal & Hutang perusahaan Rp 200 Juta

Sisi kiri dan kanan selalu seimbang (balance), makanya dinamakan Neraca atau Balance Sheet! Karena harus ditimbang dan seimbang. Kenapa harus seimbang? Ya, logikanya memang harus seimbang kan. Karena untuk apapun yang dimiliki perusahaan termasuk uang, pasti ada kan sumber pendanaannya, baik modal sendiri mau pun hutang. Dengan kata lain, harta = pendanaan. Atau dalam istilah lebih formal:

  • Asset = Liabilities + Equities,

dalam bahasa Indonesia

  • Aset =  Kewajiban + Ekuitas/Modal,  atau
  • Aktiva = Pasiva

Kewajiban? Bukan Hutang? Kewajiban atau Liabilities adalah istilah yang generik. Karena, Hutang pada bank, umpamanya, adalah salah satu bentuk kewajiban. Sumber pendanaan harta perusahaan Anda tidak hanya dalam modal sendiri atau “hutang uang”, tetapi bisa juga hutang lainnya, misalnya hutang dagang.

Misal, perusahaan Anda adalah distributor HP (telepon seluler), lalu Anda memesan 50 HP senilai Rp50 juta dari pemasok, tapi pembayaran baru dilaksanakan 3 bulan nanti. Berarti sekarang harta perusahaan Anda bertambah Rp 50 juta menjadi Rp250 juta, yaitu Uang di Bank Rp50 juta, Mobil Rp100 juta, Komputer Rp50 juta, dan HP Rp50 juta. Sementara tadi sumber pendanaan hanya Rp 200 juta, yaitu Modal sendiri Rp100 dan Hutang Bank Rp100 juta. Darimana sisa Rp50 juta didanai? Sisa yang Rp50 juta didanai dari kewajiban atau hutang pada pemasok senilai Rp 50 juta. Hutang yang begini biasanya dinamakan Hutang Dagang. 

Neraca perusahaan Anda sekarang berubah menjadi:

  • Sisi kiri, Aset: Uang di Bank Rp50 juta, Mobil Rp100 juta, Komputer Rp 50 juta, HP Rp50 juta…Total harta perusahaan Rp250 Juta
  • Sisi kanan: Modal sendiri Rp100 juta, Kewajiban Hutang Bank Rp100 juta, Kewajiban Hutang Dagang…Total Modal & Kewajiban perusahaan Rp 250 Juta

Berikut adalah contoh Neraca dari sebuah Perusahaan.

CONTOH NERACA

LaporanLaba Rugi (Income Statement)

Laporan yang kedua adalah Laporan Rugi Laba. Dari namanya kita sudah bisa memahami, bahwa ini adalah laporan kinerja keuangan perusahaan dalam periode tertentu, dari tanggal awal hingga tanggal akhir pelaporan.

Struktur Laporan rugi laba cukup jelas untuk dipahami kita orang awam:

A. Pendapatan Bersih 

  • Pendapatan Kotor, yaitu semua penjualan atau pendapatan dari aktivitas perusahaan
  • Kadang perusahaan memberikan diskon, rebate, atau ada barang yang dikembalikan. Setelah dikurangi dengan faktor-faktor ini, baru diperoleh Pendapatan Bersih

B. Biaya Barang/Biaya Produksi

  • Harga Pokok Penjualan, yaitu harga pokok barang kita, baik berdasarkan biaya pembelian produk jadi dari pemasok, atau jika diproduksi sendiri, biaya memproduksi barang tersebut dari awal sampai jadi

C. Laba Kotor

Pendapatan Bersih dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan biasanya dinamakan Laba Kotor/Laba Bruto…A-B = C.

D. Biaya Usaha/Operasional

  • Biaya Penjualan, biaya yang berkaitan dengan penjualan barang,  seperti distribusi, komisi tenaga sales, transportasi, iklan, dan lain-lain.
  • Biaya Umum & Administrasi, seperti gaji karyawan, sewa gedung, dan lain-lain
  • Biaya Depresiasi & Amortisasi. Yaitu biaya depresiasi aset tetap seperti gedung, mobil, dll.
    • Ini berkaitan dengan prinsip akuntasi dimana biaya dibebankan sesuai dengan periode manfaat ekonomi aset tersebut. Misal, jika mobil dibeli seharga Rp100 juta dan dapat digunakan untuk operasional perusahaan selama 5 tahun, maka biaya atas pembelian mobil ini bukanlah Ro 100 juta pada tahun pembelian, tetapi masing-masing Rp 20 juta dari tahun 1 hingga tahun 5. Dalam kata lain, biaya mobil didepresiasi selama 5 tahun, masing-masing tahun Rp 20 juta.

E. Laba Operasi/Laba Usaha

Laba Kotor dikurangi dengan semua biaya operasional di atas biasanya dinamakan Laba Operasi/LabaUsaha…atau C-D = E

F. Pendapatan & Biaya Lain-lain (Non-Operasional)

  • Pendapatan atau Biaya yang tidak berkaitan dengan operasi/bisnis perusahaan, seperti bunga bank, jika perusahaan memiliki simpanan atau hutang pada Bank
  • Keuntungan atau kerugian Valas
  • Dan lain-lain.

G. Laba Sebelum Pajak 

  • Laba Usaha dikurangi (atau ditambaha) Pendapatan & Biaya Lain-lain, merupakan Total Laba Perusahaan, tetapi sebelum membayar kewajiban pajak…E-F=G

H. Pajak 

  • Pajak Penghasilan Perusahaan, yang dibayarkan pada negara

I. Laba Bersih

Laba Operasi dikurangi dengan Pendapatan  & Biaya Lain-lain, serta dikurangi Pajak, adalah Laba Bersih yang menjadi hak pemegang saham perusahaan…atau G-H=I.

CONTOH LAPORAN LABA RUGI

Beberapa Catatan…

Bentuk, kategorisasi atau klasifikasi, laporan keuangan, baik Neraca maupun Laporan Laba Rugi, bisa berbeda antar sektor atau industri atau pun kondisi khusus perusahaan, atau pun prinsip akuntasi yang dipilih.

Laporan keuangan dari perusahaan keuangan, seperti Bank, cukup berbeda dengan perusahaan non-Keuangan. Akan tetapi secara prinsip semuanya sama. Di lain waktu kita akan coba bahas laporan keuangan bank.

 

 

 

 

BACA JUGA

— Negeri Kita Berdarah-darah Karena Utang?

— Bakar-bakar Uang Ala Perusahaan Teknologi

— Louis Vuitton dan Hermes Hanya Jual Merek?

— Industri Penerbangan, Cantik tapi Ditakdirkan Merugi?

Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com


Feel free to share with buttons below. Thank you.

LEAVE A REPLY