Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai mata uang, khususnya dalam jangka panjang. Akan lebih baik Anda membaca tulisan tersebut terlebih dahulu. Kali ini, saya akan membahas faktor-faktor apa yang mempengaruhi mata uang dalam jangka menengah, yaitu naik turunnya mata uang dalam siklus-siklus ekonomi yang berbeda.

Supply and Demand

Nilai sebuah mata uang, sama seperti barang-barang lain, pada dasarnya ditentukan oleh supply dan demand, permintaan dan penawaran pasar. Jika lebih banyak permintaan dari penawaran, tentu harga akan terdorong naik, dan sebaliknya juga berlaku. Nilai mata uang dapat bergerak cukup jauh dari nilai intrinsiknya dalam jangka pendek atau menengah, disebabkan oleh dinamika supply dan demand di pasar. Pertanyaannya, apa saja hal-hal yang mengerakkan permintaan dan penawaran mata uang.

Faktor-faktor yang menggerakkan mata uang cukup banyak, apalagi dalam jangka pendek, mulai dari kebutuhan transaksi bisnis, keuangan, spekulasi, dan lain-lain sebagainya.

mata uangPerlu juga saya garis-bawahi di sini, bahwa nilai tukar mata uang itu selalu memiliki dua sisi. Nilai tukar dollar AS terhadap Rupiah (USD/IDR), melibatkan faktor Dollar (AS) dan faktor Rupiah (Indonesia). Rupiah bisa saja melemah tanpa terjadi apa-apa di Indonesia, jika dollar AS secara keseluruhan menguat.

Di sini kita, akan fokus membicarakan faktor Indonesianya saja.

BOP dan Mata Uang

BOP (Balance of Payment) atau Neraca Pembayaran adalah sumber informasi yang kita perlu ketahui dalam memahami pergerakan mata uang dalam jangka menengah. Jika Anda awam terhadap BOP, sangat saya sarankan untuk meluangkan waktu membaca tulisan singkat dan sederhana saya mengenai BOP, memahami neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

Secara singkat, BOP mencatat semua lalu lintas mata uang asing/devisa, berkaitan dengan transaksi ekonomi yang kita lakukan dengan negara lain. BOP terdiri dari (1) Current Account, mencatat lalu lintas devisa dari aktivitas ekonomi berjalan antar negara seperti ekspor dan impor, dan (2) Capital Account mencatat lalu lintas devisa dari aktivitas investasi antar negara.

Rupiah Menguat Jika BOP Kita Surplus, Melemah Jika BOP Kita Defisit…as simple as that!

  • Ingat, BOP = Current Account + Capital Account (dalam bahasa Indonesia Neraca Transaksi Berjalan + Neraca Transaksi Modal).

Jika current account kita surplus, maka ada kelebihan supply dollar AS di pasar. Surplus current account dapat terjadi karena lebih banyak ekspor dari pada impor, lebih banyak turis yang datang ke Indonesia membawa devisa daripada turis Indonesia yang ke luar
negeri, lebih banyak TKI kita yang mentransfer gajinya ke Indonesia, daripada TKA di Indonesia yang mentransfer pendapatannya ke negaMata uangra mereka, dan lain sebagainya. Kelebihan supply devisa/dollar AS dari aktivitas dalam current account ini tentu berpotensi menyebabkan dollar AS melemah, dan rupiah menguat.

Namun lalu lintas devisa tidak hanya pada aktivitas ekonomi berjalan yang tercatat di current account, tetapi juga pada capital account, komponen kedua dari BOP. Jika kita mengalami surplus capital account, maka ada kelebihan supply dollar AS dari sisi ini dan berpotensi melemahkan dollar AS dan menguatkan rupiah. Surplus capital account terjadi ketika lebih banyak negara asing yang berinvestasi di Indonesia baik secara langsung (direct/FDI), maupun melalui pasar modal (portofolio). Atau lebih banyak perusahaan asing yang memberikan pinjaman kepada perusahaan atau negera kita daripada pinjaman yang diberikan oleh kita kepada perusahaan dan negara lain.

Tentu kondisi sebaliknya bisa terjadi, yaitu kita mengalami defisit current account dan/atau defisit capital account, maka terjadi kekurangan supply mata uang asing/dollar AS di pasar yang menyebabkan orang berebut membeli dollar AS dan mendorong penguatan nilai tukarnya terhadap rupiah.

Jadi menguat atau melemahnya rupiah tergantung dari dinamika masing-masing faktor di dalam BOP, baik current account  dan capital account. Berikut adalah berbagai situasi atau kondisi yang berpotensi menguatkan nilai Rupiah.

Dari sisi current account

  • Industri kita yang kuat dan kompetitif di pasar dunia akan mendorong ekspor, positif buat Rupiah
  • Naiknya harga komoditas atau barang ekspor Indonesia, atau turunnya harga barang yang diimpor Indonesia, positif buat rupiah mata uang
  • Dibangunnya industri yang kuat di dalam negeri dalam memproduksi barang-barang konsumsi akan mengurangi kebutuhan impor, positif buat rupiah
  • Kompetitifnya industri perkapalan dan penerbangan kita di pasar internasional, positif buat rupiah. Saat ini jasa transportasi/freight dan yang berkaitan, konsisten menyumbang defisit besar bagi Indonesia
  • Semakin banyak TKI di luar negeri, positif bagi rupiah
  • Jika perusahaan atau warga Indonesia semakin banyak menerima laba dan dividen dari bisnis dan investasi mereka di luar negeri, maka positif bagi Indonesia. Saat ini yang terjadi sebaliknya, kita harus bayar dividen ke luar negeri karena kepemilikan asing di aset kita
  • Tujuan wisata yang menarik dengan pelayanan, fasilitas, dan infrastruktur yang baik akan menarik wisatawan asing datang ke Indonesia, positif bagi rupiah

Dari sisi capital account

  • Prospek pertumbuhan ekonomi yang bagus akan menarik investasi ke negara kita, positif buat rupiah
  • Stabilitas makroekonomi memberikan keyakinan pada investor asing untuk berinvestasi, positif buat rupiah
  • Stabilitas politik juga memberikan kepastian bagi investor asing, positif buat Indonesia
  • Perusahaan-perusahaan Indonesia yang dikelola baik dan memiliki prospek baik di masa yang akan datang akan menarik investasi dari investor asing, positif buat rupiah
  • Berkembangnya pasar modal dan pasar keuangan meningkatkan efisiensi pasar dan memerikan kesempatan bagi investor asing utuk datang, positif buat rupiah
  • Tingkat suku bunga yang tinggi akan menarik investor asing untuk meminjamkan duit pada perusahaan Indonesia atau membeli obligasi di pasar modal, positif bagi rupiah.

mata uangSemua faktor-faktor di atas secara sendiri-sendiri mau pun interaksinya dengan faktor yang lain akan memberikan pengaruh pada nilai rupiah. Walau biasanya surplus current account positif buat rupiah dalam jangka menengah, tetapi tidak mesti begitu. Defisit current account, yang berarti surplus capital account, dapat juga mendorong penguatan rupiah. Selama surplusnya capital account lebih “kuat” menarik devisa datang daripada “kuat”nya defisit current account menarik devisa keluar, maka rupiah dapat menguat.

Apa artinya surplus yang lebih kuat dari defisit? Artinya secara keseluruhan BOP “surplus”, yang direfleksikan oleh menguatnya nilai Rupiah, atau bertambahnya cadangan devisa negara. 

Intervensi Bank Sentral (BI) dan Cadangan Devisa

Supply dan demand mata uang di pasar yang bergerak bebas akan direfleksikan oleh melemah atau menguatnya mata uang. Namun, hal ini bisa dipengaruhi oleh kebijakan dan aktivitas bank sentral, yaitu BI. “Surplus” dari aliran devisa bisa saja diserap oleh BI, tanpa mempengaruhi harga mata uang di pasar. Dalam hal ini, cadangan devisa BI akan bertambah. Sebaliknya, ketika ada tekanan devisa untuk keluar, artinya kebutuhan dollar AS lebih besar dari supply nya, BI bisa menetralisirnya dengan memberikan suplai tambahan ke pasar, dengan mengambil dari cadangan devisa yang dimiliki oleh BI.

Pada praktiknya, BI tidak “melawan” arah pasar, akan tetapi lebih untuk mengurangi volatilitas di pasar. Jadi, ketika aliran dana asing terlalu kuat yang dapat menyebabkan penguatan mata uang Rupiah yang terlalu cepat, BI dapat mengintervensi dengan membeli sebagian dari dollar tersebut, akibatnya penguatan Rupiah akan lebih moderat, cadangan devisa BI bertambah, yang dapat digunakan nantinya ketika kondisi berbalik arah.

Cadangan Devisa (Foreign Exchange Reserves) Indonesia vs Nilai USD/IDR. Source: Tradingeconomics
Catatan: Perhatikan periode akhir tahun 2008, nilai dollar AS melonjak dari Sekitar Rp9,000 ke Rp 12,000 (garis biru). Pada Saat yang bersamaan cadangan devisa (garis hitam) juga anjlok. Ini adalah periode defisit BoP. Dari 2009-2012, Dollar melemah menjadi sekitar Rp8,000-an, cadangan devisa melonjak, periode ini adalah periode surplus BOP.

Sebelum saya akhiri, saya mengingatkan Jika Anda sebelumnya belum membaca tulisan singkat saya mengenai faktor yang mempengaruhi mata uang eg. Rupiah, dalam jangka panjang: please click here!

BACA JUGA:

— Ke(tidak)sempurnaan Seorang Pemimpin

— Mitos Sharing Economy dan Perusahaan Teknologi

— Black Monday: Ketika Awan Hitam Menyelimuti Bursa

— Louis Vuitton dan Hermes Hanya Jual Merek?

 

Salam, RF – www.FrindosOnFinance.com


Feel free to share with buttons below. Thank you.

LEAVE A REPLY